Senin, 24 April 2017

AYAH 1000 ANAK YATIM | WALED NU

Tgk. H. Nuruzzahri Yahya, beliau akrab dikenal masyarakat dengan sebutan Waled Nu (Waled Nuruzzahri). Waled dalam bahasa Arab berarti Ayah, sedangkan Nu merupakan penggalan awal dari namanya, yakni Nuruzzahri. Beliau merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Ummul Ayman (Umay), sebuah pondok berhaluan Ahlussunnah Waljamaah yang bertempat di Kampong Putoh, Samalanga, Provinsi Aceh.

Bagi kami, Waled merupakan sosok ayah yang luar biasa. Seorang Leader yang mengayomi serta menyayangi bawahannya. Tidak hanya seorang ulama, Waled juga merupakan aktivis yang selalu bergerak demi kemaslahatan masyarakat di Aceh. Di dalam kehidupan, Waled selalu berpegang teguh dengan tuntutan Rasulullah saw. Salah satu tuntutan yang hingga kini masih dipegangnya adalah menyayangi anak yatim-piatu dan fakir-miskin.

Hal tersebut terjelma dari niat Waled dalam membangun pondok Umay, yaitu memberi fasilitas kepada anak-anak yatim-piatu, fakir-miskin untuk menimba pendidikan agama dan umum. Dengan harapan, semoga anak-anak itu nantinya mampu mengabdikan diri kepada agama, bangsa dan negara.

Ummul Ayman (Umay) didirikan tepat pada tahun 1990, tahun dimana Aceh sedang bergejolak dengan suasana konflik. Dari sinilah Waled memulai menggaet anak-anak yatim, terutama mereka yang ditinggal pergi orang tua karena korban konflik. Hari-hari yang dilewati Waled hanya mengabdikan diri dengan mendidik dan membiayai kehidupan anak-anak didiknya itu.

Perlahan tapi pasti, perjuangan demi perjuangan yang Waled kerahkan tak sia-sia begitu saja. Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun pun berganti, pondok Umay semakin berkembang dan digemari banyak masyarakat. Salah satu langkah Waled dalam mengembangkannya yaitu dengan memadukan dua sistem pendidikan; pendidikan agama dan pendidikan umum. Pendidikan agama dengan kurikulum pondok-pondok salaf lainnya ditempuh pagi dan malam hari. Sedangkan pendidikan umum berlangsung siang hari.

Hingga akhir 2004 lalu, Aceh dirundung duka oleh tragedi tsunami yang menghantam kebanyakan kota-kota. Ribuan orang tua berpisah dari anak-anaknya, ribuan sanak keluarga ditinggal pergi saudara-saudaranya. Secara fisik, Aceh luluh lantak. Mata dunia tertuju ke provinsi di ujung Sumatera itu, masyarakat Aceh larut berbulan-bulan larut dalam duka. Hal itu juga dirasakan Waled.

Hati nurani tak bisa didustai. Waled bersama dewan-dewan guru Ummul Ayman tergerak hati untuk menyisir beberapa barak penginapan menjemput anak-anak yang terkena korban banjir terganas itu untuk dibawa ke pondok pesantrennya.

Berselang dua belas tahun kemudian, tepatnya 7 Desember 2016 lalu, Aceh kembali mendapat teguran dari Yang Maha Kuasa. Beberapa daerah di bumi yang berjuluk Tanoh Rencong itu kembali digoncangkan dengan gempa bermagnitudo 6,5 dengan episentrum di kawasan Pidie Jaya. Tak hanya Pidie Jaya, Kecamatan Samalanga yang merupakan wilayah terdekat Pidie Jaya juga terkena efek gempa tersebut. Tak terkecuali pondok pesantren Ummul Ayman.

Pasca gempa tersebut, Waled kembali memberikan pernyataan tentang kesiapannya menampung anak-anak korban tersebut. Menurutnya, anak-anak tersebut akan ditempatkan di Ummul Ayman II yang bertempat di kabupaten Pidie Jaya. Hingga sekarang ini, lebih dari 1000 anak yatim-piatu, fakir-miskin yang telah diasuh oleh sosok Waled. Bukanlah hal mustahil, karena Allah selalu membuka jalan bagi hambaNya yang mau bersusah payah dalam menyebarkan keagungan Islam. ”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyiirah, 6).

Semoga Waled dimudahkan dalam berkhidmah untuk umat, dipanjangkan umur serta selalu diberi kesehatan oleh Allah wwt. Allahumma amiin. Waled, Ayah 1000 anak yatim.

Kunjungi Channel Kami di SINI

Tidak ada komentar:
Write komentar