Senin, 24 April 2017

PETUAH DARI WALED NU | PEUNUTOH WALED NU SAMALANGA

Peutuah dari guru kita, Tgk. H. Nuruzzahri (Waled Samalanga);

Zaman dahulu era ulama salaf dan ulama khalaf sistem belajar mengajar di masjid-masjid. Masjid sebagai tempat belajar serta tempat mentransferkan ilmu pengetahuan. Setiap tempat belajar di sudut-sudut masjid ada tempat duduk untuk guru mengajar. Sedangkan anak didik duduk di lantai masjid. Pengajar duduk lebih tinggi daripada murid.


Hal ini sengaja dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran dalam jiwa murid bahwa kedudukan gurunya lebih tinggi dari dia. Sehingga para pelajar bisa belajar pentingnya menghormati orang yang lebih tinggi sambil belajar.

Pada masa selanjutnya, sistem belajar berubah. Pada fase ini, proses belajar mengajar banyak yang dilakukan di ruang berbentuk kelas. Dalam ruang-ruang itu diletakkan kursi untuk guru dan bangku untuk murid. Murid dengan guru sudah setara tempat duduknya. Pada saat ini moral anak didik sudah mulai menurun. Karena mereka tidak dapat memahami lagi bahwa kedudukan guru lebih tinggi darinya sambil belajar.

Pada masa berikutnya dalam proses belajar mengajar diperkenalkanlah sistem ujian dengan membagi rapor bagi anak didik. Pada saat ini semangat belajar manusia sudah mulai pudar, arah belajar mereka pun bukan lagi meraih keridhaan Tuhan, tapi lebih kepada mendapatkan IP atau nilai ujian yang tinggi.

Ketika konsep pengenalan rapor ini muncul, saat inilah muncul pemisahan ilmu pengetahuan. Yang oleh tokoh-tokoh agama yang setia kepada sistem belajar klasik, mereka terus belajar di masjid-masjid, tanpa pembagian rapor kepada anak asuhnya. Sedangkan orang-orang yang megikuti perkembangan zaman menganggap tradisi belajar mengajar klasik tidak menjamin kesuksesan, mereka mengempanyekan setiap instansi pendidikan untuk diadakan ujian serta dibagikan rapor.

Kunjungi Channel Kami di SINI

Tidak ada komentar:
Write komentar